Perekonomian Indonesia
RIVA OKTAVIYANDARI
26215085
1EB20
PEREKONOMIAN INDONESIA
Perekonomian dalam suatu Negara setiap tahunnya pasti akan
mengalami perubahan, baik mengalami kenaikan maupun penurunan. Lalu bagaimana
kondisi perekonomian di Indonesia? Bila dibandingkan dengan Negara-negara
lainnya, terutama Negara maju, perekonomian Indonesia masih terbilang buruk.
Buruknya perekonomian Indonesia disebabkan karna masih banyaknya tingkat
pengangguran, kemiskinan dan pembangunan yang tidak merata. Sebenarnya ada
banyak hal yang bisa mempengaruhi perekonomian di suatu Negara, khususnya Indonesia.
Berikut ini beberapa contoh faktor yang bisa membuat kondisi ekonomi Indonesia
menjadi lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya yaitu:
1. Sumber Daya Alam
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan sumber daya alam terkaya di
dunia. Hal ini sebenarnya bisa menjadi modal utama bagi kita untuk menjadi
Negara maju dengan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Maka,
dalam hal ini SDA merupakan factor positif yang mempengaruhi perekonomian
indoneisa menuju ke arah yang lebih baik.
2. Sumber Daya Manusia
SDA sudah melimpah, tetapi mengapa ekonomi kita masih buruk? Salah satu
penyebabnya adalah minimnya sumber daya manusia yang memiliki skill atau
kemampuan untuk mengolahnya. Sumber daya Manusia yang berkualitas adalah modal
utama agar Indonesia berubah menjadi lebih baik, terutama di bidang Ekonomi.
Karna itu, harus ada perhatian khusus dari pemerintah untuk menciptakan SDM
yang berpendidikan, kompetitif, cerdas dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki
perekonomian Negara.
3. Teknologi
SDA yang melimpah harus kita olah dengan menggunakan teknologi.
Misalnya, minyak bumi harus diambil menggunakan mesin-mesin khusus,
pengolahannya juga membutuhkaan mesin berteknologi tinggi, dan masih banyak
lagi contoh lain mengenai pentingnya sebuah teknologi dalam suatu Negara. Oleh
karna itu teknologi juga ikut berperan dalam menentukan kemajuan perekonomian
di Indonesia. Namun sayangnya, Indoneisa bukanlah negara yang identik dengan
kemajuan teknologi. Hal inilah yang membuat SDA kita menganggur atau malah
diambil alih oleh Negara lain.
4. Politik
Kondisi politik juga bisa berpengaruh pada
perekonomian Indonesia. Contoh sederhananya seperti ketika demi kepentingan
politik, para pejabat Negara berani melakukan korupsi dan menggunakan uang rakyat.
Hal ini tentu berdampak negative pada kondisi ekonomi di Negara ini. Contoh
lainnya, ketika stabilitas politik di Negara kita memburuk, hal ini bisa
menyebabkan iklim bisnis di Indonesia tersebut ikut menurun. Efeknya, banyak
investor yang enggan menanamkan modalnya di Indonesia sehingga perekonomian
bangsa ini semakin terpuruk.
5. Bencana Alam
Perekonomian juga dipengaruhi oleh faktor bencana alam. Misalnya, daerah
A yang menjadi pemasok beras utama di Indonesia mengalami bencana banjir yang
cukup parah sehingga terjadi gagal panen. Dampak burukya adalah perekonomian
daerah A tersendat, namun daerah-daerah lain juga ikut terkena imbasnya karna
kekurangan pemasok beras. Akhirnya, pemerintah mulai bergantung pada impor
beras demi memenuhi kebutuhan beras di Indonesia. Padahal, ketergantungan impor
tidaklah baik bagi perkembangan kondisi ekonomi bangsa kita.
6. Perdagangan Internasional
Adanya perdagangan Internasional bisa menjadi faktor positif bagi
Indonesia. Seperti yang sudah disebutkan di atas, SDA kita sangat melimpah,
ketika kita pandai mengelola dan mengekspornya ke Negara lain yang membutuhkan.
Hal ini bisa ikut memajukan perekonomian Negara. Tak hanya ekspor, impor juga
memiliki dampak positif, karna dengan mengimpor suatu barang dari Negara lain,
kebutuhan kita juga ikut terpenuhi.
Hanya saja, bila Indonesia terlalu mengutamakan impor dan malas untuk
memaksimalkan potensi yang ada di Negara ini, perekonomian pasti akan memburuk.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN
2011-2015, DAN PREDIKSI EKONOMI INDONESIA DI TAHUN YANG AKAN DATANG
A. Kondisi Perekonomian Indonesia pada
Tahun 2011
Kondisi
perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2011 masih mampu mencatat
pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus. Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS,
Suryamin menyebutkan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 tercatat
sebesar 6,5% dengan pembentukan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 1.931,3 triliun. Secara kumulatif, PDB Indonesia pada 2011
berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 7.427,1 triliun, sedangkan atas dasar
harga konstan sebesar Rp 2.463,2 triliun. Ia menambahkan, jika melihat
pencapaian pertumbuhan ekonomi 2011 dengan realisasi PDB kuartal IV yang
sebesar Rp 624 triliun, angka itu tumbuh 6,46% ketimbang periode yang sama pada
2010. Tapi, kalau dibandingkan dengan PDB kuartal III 2011, PDB kuartal IV
turun sekitar 1,3%.
Suryamin menjelaskan, pada tahun 2011 lalu terjadi pertumbuhan di semua
sektor ekonomi. Suryamin mengatakan bahwa Pertumbuhan tertinggi terjadi di
sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel
dan restoran tumbuh 9,2%, sedangkan sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan tumbuh 6,8%. Jika dilihat dari sektor industri, penyumbang terbesar
PDB 2011 berasal dari industri pengolahan 24,3%, pertanian 14,7%, perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 13,8%. Meski sektor pertanian masih tumbuh, tapi
kalau dilihat tiga tahun berturut-turut pertumbuhan sektor pertanian terus
menurun. Pertumbuhan industri pertanian pada 2009 dan 2010 masing-masing 15,3%,
sedangkan industri pengolahan masing-masing 26,4% dan 24,8%.
Sementara itu, dari sisi penggunaan, Suryamin mengatakan bahwa laju PDB
2011 bisa dilihat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga 4,7%, konsumsi
pemerintah 3,2%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 8,8%, ekspor 13,6%, dan
impor 13,3%. Distribusi PDB-nya adalah 54,6% konsumsi rumah tangga, 9% belanja
pemerintah, 32% PMTB, 26,3% ekspor, serta impor 24,9%. Jika dilihat dari sisi
distribusinya, PDB 2011 masih didominasi Pulau Jawa sebesar 57,6%. Lalu diikuti
oleh Pulau Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,6%, Sulawesi 4,6%, dan wilayah lain
4,7%.
Menteri Keuangan
Agus Martowardojo menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 cukup
menggembirakan. Pasalnya, meski sedang terjadi krisis global, tapi Indonesia
masih bisa tumbuh 6,5%. Selain itu, Agus juga mengatakan bahwa pada tahun 2011, peran dari investasi
cukup terlihat yaitu sebesar 8%.
BPS merevisi
realisasi pertumbuhan ekonomi tahunan dan kuartalan. Pertumbuhan ekonomi 2009
dikoreksi dari 4,58% menjadi 4,63%, sedangkan pertumbuhan 2010 direvisi dari
6,1% menjadi 6,2%. Untuk 2011, koreksi dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi
kuartal I, II, dan III. Pertumbuhan kuartal II, yang tadinya 6,49% diralat
menjadi 6,43%. Sementara pertumbuhan kuartal II, yang tadinya 6,52% jadi 6,45%,
sedangkan kuartal III dari 6,54% jadi 6,46%.
B.
Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun 2012
Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun
2012 mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%, tahun ini hanya menunjukkan angka sebesar
6,23%. Kepala BPS Suryamin menjelaskan,
pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2012 sebesar 6,11%, turun tipis 1,45%
dibanding dengan kuartal III-2011 sebesar 6,17%.
Menurut Suryamin, pertumbuhan terjadi di semua
sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 9,98 % dan terendah
di sektor pertambangan dan penggalian 1,49 %. Sementara PDB tanpa migas tahun
2012 sebesar 6,81 %. Secara kuartalan, PDB Indonesia kuartal IV-2012 dibanding
kuartal III-2012 mengalami penurunan sebesar 1,45%. Namun bila dibanding
kuartal IV-2011 mengalami kenaikan dari sebesar 6,11%.
Sementara sektor penunjang di kuartal IV-2012
adalah sektor konstruksi tumbuh 4,02 persen, sektor listrik, gas dan air bersih
tumbuh 3,34 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran 2,74%, sektor
pengangkutan dan komunikasi tumbuh 2 %, sektor jasa 1,96 %, sektor industri
pengolahan tumbuh 1,41 %, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 1,23
% dan sektor pertambangan dan penggalian 0,2 %. Sedangkan jumlah total produk
domestik bruto (PDB) sepanjang 2012 adalah Rp 8.241,9 triliun, sementara Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB) adalah Rp 2.618,1 triliun.
Dari
sisi komponen pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 adalah konsumsi tumbuh sebesar 5,28%, belanja pemerintah 1,25 %,
pembentukan modal tetap bruto atau investasi tumbuh sebesar 9,8 %, ekspor tumbuh
sebesar 2,01 % dan impor 6,65 %.
C. Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun
2013
Pertumbuhan
Perekonomian Indonesia terus mengalami penurunan. Setelah mencapai pertumbuhan
ekonomi 6,5 % pada tahun 2011, dan 6,23 % pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi pada tahun
2013 malah berada dibawah 6%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang 2013 hanya sebesar 5,78 % .
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pertumbuhan
ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72%, atau mengalami penurunan sebesar 1,42
% dibanding kuartal III-2013. Suryamin mengatakan penyebab perekonomian
Indonesia mengalami penurunan dikarnakan ekspor pada triwulan IV-2013
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang
tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih
kembali. Bahkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan
hanya 1,6 %, tapi malah terealisasi sebesar 1,9%.
"Ini artinya perekonomian global berdampak
pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan
mancanegara," terang dia.
Selanjutnya ia
mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan
tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 %, dengan nilai
Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan dengan pertumbuhan 7,56%, dengan nilai Rp 272,1 triliun.
Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana
mencatat pertumbuhan 6,57 % dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar
1,34 % dengan nilai Rp 195,7 triliun.
Sedangkan
jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Untuk
kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar
Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB
sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.
D. Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun
2014
Badan
Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014,
sama dengan tahun dasar 2010 sebesar 5,02 %
(kumulatif kuartal I-V). Hal itu
tidak sesuai dengan target pemerintah, yang mematok pertumbuhan ekonomi
sepanjang 2014 mencapai 5,5 %.
Sementara itu dibanding periode sama tahun
lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) RI tumbuh sebesar 5,01 %. PDB dengan perhitungan
tahun dasar 2010 ini tercatat mengalami perlambatan. Dengan tahun dasar sama,
pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 6,38 %, sementara itu pertumbuhan ekonomi
pada 2011 sebesar 6,17 %. Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2012 tercatat sebesar
5,58%, sedangkan pada 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02 %.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, ada
peningkatan pada industri makanan dan minuman dipicu kampanye. Industri
percetakan juga mengalami pertumbuhan signifikan, termasuk industri logam,
industri barang bukan logam, serta industri permesinan. Pada tahun 2013 industri pengolahan hanya
tumbuh 4,49 %. Sedangkan pada tahun2014, perdagangan dengan share 13,38 %
mengalami pertumbuhan sebesar 4,48 %. Sementara itu sektor pertanian dengan
share sama, tumbuh sebesar 4,18 %.
Adapun sektor konstruksi dengan share
9,88 % mengalami pertumbuhan 6,97 % pada 2014. Ini disebabkan dampak
pembangunan yang dilakukan sejak 2014 seperti hotel, pelabuhan, dan jembatan.
Pertumbuhan konstruksi meningkat dibanding 2013 yang tercatat tumbuh hanya 6,11
%. Sementara itu pertambangan dengan share 9,82 % tumbuh hanya 0,55 %.
Suryamin menuturkan, pertumbuhan sektor pertambangan yang rendah adalah dampak
dari implementasi Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Mineral Tambang dan Batubara.
Pada 2013 lalu, sektor pertambangan masih tumbuh 1,74 %.
E. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun
2015
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV/2015 mencapai 5,04%. Angka ini
meningkat cukup tinggi jika dibanding kuartal III yang mencapai 4,73%, kuartal
II sebesar 4,67% dan kuartal I tumbuh 4,7%.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, secara year on
year (yoy) pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,79 %. Maka, angka 5,04 %
ini, meningkat cukup tinggi lantaran ada beberapa faktor yang memengaruhi.
"Dari sisi produksi, dari kuartal ke
kuartal, ada tiga lapangan usaha yang memengaruhi. Pertama, administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang tumbuh 10,87%. Ini cukup
tinggi karena adanya anggaran dari pemerintah yang meningkat. Kedua, ada pada
jasa pendidikan yang tumbuh 9,45 %. Angka ini meningkat cukup baik untuk
pertumbuhan pendidikan dari pemerintah maupun swasta. Ketiga, secara kuartal ke
kuartal, jasa kesehatan dan kegiatan sosoial tumbuh sebesar 7,26 %. Hal ini
disebabkan karena bansos yang meningkat tajam dan penggunaannya juga baik"
kata dia di Gedung BPS, Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Sementara secara
keseluruha, tiga lapangan usaha yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal
IV/2015, yakni jasa keuangan asuransi yang meningkat 12,52 %. Hal tersebut
dikarekana ada peningkatan pendapatan jasa keuangan. Kedua, lapangan
usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,74%. Ini karena informasi dan
komunikasi, akan meningkat terus. Penggunaan 4G LTE yang meningkat,"
jelasnya. Ketiga, konstruksi yang tumbuh 8,24 %, sebagai dampak dari peningkatan
pembangunan infrastruktur kuartal IV yang terjadi percepatan.
"Instruksi Presiden yang beberapa kali ngumpulkan gubernur, wali
kota, menteri untuk genjot gunakan anggaran pemerintah, sebagian digunakan
untuk pembangunan jalan, fasilitas umum, sehingga ada peningkatan,"
pungkas Suryamin.
F. Prediksi Perekonomian Indonesia di tahun yang akan datang.
Jika melihat kondisi
perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2015, tidak menutup kemungkinan akan
adanya kenaikan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Seperti yang
diprediksikan oleh Bank Indonesia (BI) yang percaya diri bahwa pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2016 dapat mencapai 5,2%, jauh di atas realisasi sementara
tahun lalu. Di mana realisasi sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015
tercatat sebesar 4,74%.
Deputi Gubernur BI
Perry Warjiyo menyatakan, pihaknya percaya pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat
lebih tinggi karena melihat beberapa hal positif yang akan terjadi pada tahun
2016. Salah satunya perkiraan akan membaiknya
pertumbuhan ekonomi dunia.
"Kita perkirakan (pertumbuhan ekonomi) 4,8% 2015. Tahun ini kita perkirakan naik 5,2%. Pertama, karena pertumbuhan ekonomi dunia mulai membaik meski enggak terlalu kuat," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/1/2016).
"Kita perkirakan (pertumbuhan ekonomi) 4,8% 2015. Tahun ini kita perkirakan naik 5,2%. Pertama, karena pertumbuhan ekonomi dunia mulai membaik meski enggak terlalu kuat," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/1/2016).
Kepala Ekonom Bank
Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop memperkirakan, pertumbuhan akan ditopang oleh
membaiknya kinerja ekspor, seiring dengan membaiknya harga komoditas di pasar
global. Demikian pula dengan investasi pemerintah yang akan meningkat pada
tahun depan. Belanja pemerintah diperkirakan tumbuh 3,2 % pada 2016, lebih
tinggi dari perkiraan tahun ini sebesar 2,1 %. Begitu juga dengan belanja modal
yang diyakini tumbuh 5 % dibandingkan 3,7 %
yang diperkirakan pada 2015. Bila belanja pemerintah naik, Diop
optimistis konsumsi rumah tangga juga akan meningkat. Bank Dunia
memproyeksikan, konsumsi rumah tangga pada tahun ini dan tahun depan
diperkirakan tumbuh 4,7 % dan 5,2 %.
Dan jika diprediksi
lebih jauh, Indonesia bisa saja dengan kekuatan ekonominya menempati posisi
nomer tujuh di dunia pada tahun 2030. Seperti yang diperkirakan oleh Lembaga
riset Internasional, McKinsey Global Institute yang memperkirakan dengan
tingkat pertumbuhan ekonominya yang paling stabil di dunia, Indonesia akan
menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia pada tahun 2030
mendatang.
Chairman
McKinsey Global Institute, Raoul Oberman, dalam presentasi di acara
“Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030” yang diselenggarakan Komite
Ekonomi Nasional (KEN) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (13/11),
menyatakan prediksi itu didasarkan pada hasil penelitian McKinsey Global selama
6 bulan terakhir. Dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) itu, Raoul Oberman mengemukakan, ada 5 (lima) indikasi yang
bisa mendukung pencapaian Indonesia menjadi negara dengan ekonomi nomor 7
(tujuh) di dunia.
Pertama, tingkat
ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Bahkan, Bank Indonesia sudah
menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia paling stabil dalam 4-5 tahun
terakhir. “Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia paling stabil di dunia,
melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang tergabung dalam Organisasi
Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Indonesia, didorong oleh tingkat
konsumsi domestik yang luar biasa besar,” jelas Raoul.
Kedua, sekitar 90
persen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi,
pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta, namun telah
menyebar ke berbagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Menurut
Raoul, dimensi urbanisasi membuat masyarakat menjadi lebih produktif. Kota-kota
tumbuh lebih besar di atas 7 persen berada di luar Jawa.
Ketiga, sekitar 11
persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Ini membantah mitos bahwa
model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor.
Keempat, pemakaian
sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Ini juga
membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian.
Kelima, sekitar 60
persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Ini juga
membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.
Meski demikian,
Raoul mengingatkan , bahwa Indonesia memiliki tantangan berupa produktivitas,
inklusivitas, dan pertumbuhan stabil. Menurut Chairman McKinsey
Global Institute itu, sekaranglah saatnya Indonesia untuk tidak hanya menjadi
jago kandang saja, tetapi juga harus jadi juara di dunia. “Indonesia memiliki
waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan menjadi
negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa menjadi negara
maju,” tutur Raoul.
Ia membandingkan
dengan negara Inggris yang perlu waktu 250 tahun untuk bisa menggandakan produk
domestik brutonya. Meskipun, China hanya perlu 12 tahun untuk melipatgandakan
PDB-nya. “Inilah kebangkitan Asia, salah satunya Indonesia,” tukas Raoul.(WID/Humas
Setkab/ES)
Semua masyarakat
Indonesia pasti menginginkan Perekonomian di Indonesia terus mengalami
peningkatan, Mencapai titik kestabilan dalam kekuatan ekonominya dan dapat
berdiri sejajar dengan Negara Negara Maju yang ada di Dunia. Dengan melimpahnya
SDA yang dimiliki oleh Indonesia, kita bisa saja meningkatkan perekonomian
Indonesia. Asal kita bisa mengelola dengan bijak SDA tersebut. Namun sayangnya,
yang terjadi saat ini, kita tidak bisa memanfaatkan SDA yang ada dengan baik
karna berbagai hal seperti kurangnya SDM yang memiliki skill atau kurangnya
kemajuan teknologi di Indonesia hingga akhirnya hal tersebut menghambat kita
untuk mengembangkan dan mengelola SDA yang ada. Oleh karna itu, agar Negara
kita terus mengalami kemajuan, hal yang paling penting untuk diubah oleh
Pemerintah dan bawahannya adalah rasa cinta mereka terhadap Negaranya, karna
bila kurangnya rasa cinta mereka kepada Negaranya sendiri, itu bisa membuat
mereka lebih mementingkan dirinya sendiri dari pada kepentingan Negara. Jika
dari awal mereka telah meniatkan diri untuk mulai terjun sebagai orang-orang
yang berperan penting dalam mencapai
kemajuan Indonesia, maka mereka harus rela mengesampingkan kepentingan pribadi
dibandingkan kepentingan Negara sehingga hal-hal seperti Korupsi tidak akan pernah
terjadi dan mulailah menumbuhkan rasa malu, Karna dengan kita menumbuhkan rasa
Malu, maka kita akan berfikir dua kali dalam bertindak, sehingga hal yang kita
kerjakan akan menjadi maksimal. Selain itu, kita sebagai masyarakat Indonesia
yang juga ikut berperan dalam kemajuan Indonesia harus mulai merubah pola fikir
kita dan mulai mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kita sehingga kita
benar-benar bisa ikut berpartisipasi dalam kemajuan Indonesia. Tidak hanya
melalui ucapan saja tetapi melalui tindakan dan perbuatan. Selain itu, mulailah
mencintai produk-produk dalam negeri karna kita adalah masyarakat
Indonesia.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/05/12192140/Pertumbuhan.Ekonomi.2012.Hanya.6.23.Persen
Komentar
Posting Komentar