Perekonomian Indonesia



RIVA OKTAVIYANDARI
26215085
1EB20

PEREKONOMIAN INDONESIA


Perekonomian dalam suatu Negara setiap tahunnya pasti akan mengalami perubahan, baik mengalami kenaikan maupun penurunan. Lalu bagaimana kondisi perekonomian di Indonesia? Bila dibandingkan dengan Negara-negara lainnya, terutama Negara maju, perekonomian Indonesia masih terbilang buruk. Buruknya perekonomian Indonesia disebabkan karna masih banyaknya tingkat pengangguran, kemiskinan dan pembangunan yang tidak merata. Sebenarnya ada banyak hal yang bisa mempengaruhi perekonomian di suatu Negara, khususnya Indonesia. Berikut ini beberapa contoh faktor yang bisa membuat kondisi ekonomi Indonesia menjadi lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya yaitu:
1.      Sumber Daya Alam
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan sumber daya alam terkaya di dunia. Hal ini sebenarnya bisa menjadi modal utama bagi kita untuk menjadi Negara maju dengan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Maka, dalam hal ini SDA merupakan factor positif yang mempengaruhi perekonomian indoneisa menuju ke arah yang lebih baik.
2.      Sumber Daya Manusia
SDA sudah melimpah, tetapi mengapa ekonomi kita masih buruk? Salah satu penyebabnya adalah minimnya sumber daya manusia yang memiliki skill atau kemampuan untuk mengolahnya. Sumber daya Manusia yang berkualitas adalah modal utama agar Indonesia berubah menjadi lebih baik, terutama di bidang Ekonomi. Karna itu, harus ada perhatian khusus dari pemerintah untuk menciptakan SDM yang berpendidikan, kompetitif, cerdas dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki perekonomian Negara.
3.      Teknologi
SDA yang melimpah harus kita olah dengan menggunakan teknologi. Misalnya, minyak bumi harus diambil menggunakan mesin-mesin khusus, pengolahannya juga membutuhkaan mesin berteknologi tinggi, dan masih banyak lagi contoh lain mengenai pentingnya sebuah teknologi dalam suatu Negara. Oleh karna itu teknologi juga ikut berperan dalam menentukan kemajuan perekonomian di Indonesia. Namun sayangnya, Indoneisa bukanlah negara yang identik dengan kemajuan teknologi. Hal inilah yang membuat SDA kita menganggur atau malah diambil alih oleh Negara lain.
4.      Politik
Kondisi politik juga bisa berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Contoh sederhananya seperti ketika demi kepentingan politik, para pejabat Negara berani melakukan korupsi dan menggunakan uang rakyat. Hal ini tentu berdampak negative pada kondisi ekonomi di Negara ini. Contoh lainnya, ketika stabilitas politik di Negara kita memburuk, hal ini bisa menyebabkan iklim bisnis di Indonesia tersebut ikut menurun. Efeknya, banyak investor yang enggan menanamkan modalnya di Indonesia sehingga perekonomian bangsa ini semakin terpuruk.
5.      Bencana Alam
Perekonomian juga dipengaruhi oleh faktor bencana alam. Misalnya, daerah A yang menjadi pemasok beras utama di Indonesia mengalami bencana banjir yang cukup parah sehingga terjadi gagal panen. Dampak burukya adalah perekonomian daerah A tersendat, namun daerah-daerah lain juga ikut terkena imbasnya karna kekurangan pemasok beras. Akhirnya, pemerintah mulai bergantung pada impor beras demi memenuhi kebutuhan beras di Indonesia. Padahal, ketergantungan impor tidaklah baik bagi perkembangan kondisi ekonomi bangsa kita.
6.      Perdagangan Internasional
Adanya perdagangan Internasional bisa menjadi faktor positif bagi Indonesia. Seperti yang sudah disebutkan di atas, SDA kita sangat melimpah, ketika kita pandai mengelola dan mengekspornya ke Negara lain yang membutuhkan. Hal ini bisa ikut memajukan perekonomian Negara. Tak hanya ekspor, impor juga memiliki dampak positif, karna dengan mengimpor suatu barang dari Negara lain, kebutuhan kita juga  ikut terpenuhi. Hanya saja, bila Indonesia terlalu mengutamakan impor dan malas untuk memaksimalkan potensi yang ada di Negara ini, perekonomian pasti akan memburuk.


PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2011-2015, DAN PREDIKSI EKONOMI INDONESIA DI TAHUN YANG AKAN DATANG


A. Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun 2011


            Kondisi perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2011 masih mampu mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus. Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS, Suryamin menyebutkan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 tercatat sebesar 6,5% dengan pembentukan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.931,3 triliun. Secara kumulatif, PDB Indonesia pada 2011 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 7.427,1 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 2.463,2 triliun. Ia menambahkan, jika melihat pencapaian pertumbuhan ekonomi 2011 dengan realisasi PDB kuartal IV yang sebesar Rp 624 triliun, angka itu tumbuh 6,46% ketimbang periode yang sama pada 2010. Tapi, kalau dibandingkan dengan PDB kuartal III 2011, PDB kuartal IV turun sekitar 1,3%.
Suryamin menjelaskan, pada tahun 2011 lalu terjadi pertumbuhan di semua sektor ekonomi. Suryamin mengatakan bahwa Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 9,2%, sedangkan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan tumbuh 6,8%. Jika dilihat dari sektor industri, penyumbang terbesar PDB 2011 berasal dari industri pengolahan 24,3%, pertanian 14,7%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,8%. Meski sektor pertanian masih tumbuh, tapi kalau dilihat tiga tahun berturut-turut pertumbuhan sektor pertanian terus menurun. Pertumbuhan industri pertanian pada 2009 dan 2010 masing-masing 15,3%, sedangkan industri pengolahan masing-masing 26,4% dan 24,8%.
Sementara itu, dari sisi penggunaan, Suryamin mengatakan bahwa laju PDB 2011 bisa dilihat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga 4,7%, konsumsi pemerintah 3,2%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 8,8%, ekspor 13,6%, dan impor 13,3%. Distribusi PDB-nya adalah 54,6% konsumsi rumah tangga, 9% belanja pemerintah, 32% PMTB, 26,3% ekspor, serta impor 24,9%. Jika dilihat dari sisi distribusinya, PDB 2011 masih didominasi Pulau Jawa sebesar 57,6%. Lalu diikuti oleh Pulau Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,6%, Sulawesi 4,6%, dan wilayah lain 4,7%.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 cukup menggembirakan. Pasalnya, meski sedang terjadi krisis global, tapi Indonesia masih bisa tumbuh 6,5%. Selain itu, Agus juga mengatakan  bahwa pada tahun 2011, peran dari investasi cukup terlihat yaitu sebesar 8%.
BPS merevisi realisasi pertumbuhan ekonomi tahunan dan kuartalan. Pertumbuhan ekonomi 2009 dikoreksi dari 4,58% menjadi 4,63%, sedangkan pertumbuhan 2010 direvisi dari 6,1% menjadi 6,2%. Untuk 2011, koreksi dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I, II, dan III. Pertumbuhan kuartal II, yang tadinya 6,49% diralat menjadi 6,43%. Sementara pertumbuhan kuartal II, yang tadinya 6,52% jadi 6,45%, sedangkan kuartal III dari 6,54% jadi 6,46%.

B. Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun 2012


            Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2012 mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%, tahun ini hanya menunjukkan angka sebesar 6,23%.  Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2012 sebesar 6,11%, turun tipis 1,45% dibanding dengan kuartal III-2011 sebesar 6,17%.
Menurut Suryamin, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,98 %  dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 1,49 %. Sementara PDB tanpa migas tahun 2012 sebesar 6,81 %. Secara kuartalan, PDB Indonesia kuartal IV-2012 dibanding kuartal III-2012 mengalami penurunan sebesar 1,45%. Namun bila dibanding kuartal IV-2011 mengalami kenaikan dari sebesar 6,11%.
Sementara sektor penunjang di kuartal IV-2012 adalah sektor konstruksi tumbuh 4,02 persen, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 3,34 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran 2,74%, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 2 %, sektor jasa 1,96 %, sektor industri pengolahan tumbuh 1,41 %, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 1,23 % dan sektor pertambangan dan penggalian 0,2 %. Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2012 adalah Rp 8.241,9 triliun, sementara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) adalah Rp 2.618,1 triliun.
 Dari sisi komponen pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 adalah konsumsi tumbuh  sebesar 5,28%, belanja pemerintah 1,25 %, pembentukan modal tetap bruto atau investasi tumbuh sebesar 9,8 %, ekspor tumbuh sebesar 2,01 % dan impor 6,65 %.


C. Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun 2013


            Pertumbuhan Perekonomian Indonesia terus mengalami penurunan. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 % pada tahun 2011, dan 6,23 %  pada  tahun 2012, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 malah berada dibawah 6%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 hanya sebesar 5,78 % .
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72%, atau mengalami penurunan sebesar 1,42 % dibanding kuartal III-2013. Suryamin mengatakan penyebab perekonomian Indonesia mengalami penurunan dikarnakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih kembali. Bahkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 %, tapi malah terealisasi sebesar 1,9%.
"Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara," terang dia.
Selanjutnya ia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 %, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56%, dengan nilai Rp 272,1 triliun.  Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 % dengan nilai Rp 182,1 triliun.  Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 % dengan nilai Rp 195,7 triliun.  
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB).  Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.


D. Kondisi Perekonomian Indonesia pada Tahun 2014


            Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014, sama dengan tahun dasar 2010 sebesar 5,02 %  (kumulatif kuartal I-V).  Hal itu tidak sesuai dengan target pemerintah, yang mematok pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 mencapai 5,5 %.
Sementara itu dibanding periode sama tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) RI tumbuh sebesar 5,01 %. PDB dengan perhitungan tahun dasar 2010 ini tercatat mengalami perlambatan. Dengan tahun dasar sama, pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 6,38 %, sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,17 %. Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2012 tercatat sebesar 5,58%, sedangkan pada 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02 %.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, ada peningkatan pada industri makanan dan minuman dipicu kampanye. Industri percetakan juga mengalami pertumbuhan signifikan, termasuk industri logam, industri barang bukan logam, serta industri permesinan.  Pada tahun 2013 industri pengolahan hanya tumbuh 4,49 %. Sedangkan pada tahun2014, perdagangan dengan share 13,38 % mengalami pertumbuhan sebesar 4,48 %. Sementara itu sektor pertanian dengan share sama, tumbuh sebesar 4,18 %.
Adapun sektor konstruksi dengan share 9,88 % mengalami pertumbuhan 6,97 % pada 2014. Ini disebabkan dampak pembangunan yang dilakukan sejak 2014 seperti hotel, pelabuhan, dan jembatan. Pertumbuhan konstruksi meningkat dibanding 2013 yang tercatat tumbuh hanya 6,11 %. Sementara itu pertambangan dengan share 9,82 % tumbuh hanya 0,55 %. Suryamin menuturkan, pertumbuhan sektor pertambangan yang rendah adalah dampak dari implementasi Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Mineral Tambang dan Batubara. Pada 2013 lalu, sektor pertambangan masih tumbuh 1,74 %.


E. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun 2015


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV/2015 mencapai 5,04%. Angka ini meningkat cukup tinggi jika dibanding kuartal III yang mencapai 4,73%, kuartal II sebesar 4,67% dan kuartal I tumbuh 4,7%. 
Kepala BPS Suryamin mengatakan, secara year on year (yoy) pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,79 %. Maka, angka 5,04 % ini, meningkat cukup tinggi lantaran ada beberapa faktor yang memengaruhi.
"Dari sisi produksi, dari kuartal ke kuartal, ada tiga lapangan usaha yang memengaruhi. Pertama, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang tumbuh 10,87%. Ini cukup tinggi karena adanya anggaran dari pemerintah yang meningkat. Kedua, ada pada jasa pendidikan yang tumbuh 9,45 %. Angka ini meningkat cukup baik untuk pertumbuhan pendidikan dari pemerintah maupun swasta. Ketiga, secara kuartal ke kuartal, jasa kesehatan dan kegiatan sosoial tumbuh sebesar 7,26 %. Hal ini disebabkan karena bansos yang meningkat tajam dan penggunaannya juga baik" kata dia di Gedung BPS, Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Sementara secara keseluruha, tiga lapangan usaha yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015, yakni jasa keuangan asuransi yang meningkat 12,52 %. Hal tersebut dikarekana ada peningkatan pendapatan jasa keuangan. Kedua, lapangan usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,74%. Ini karena informasi dan komunikasi, akan meningkat terus. Penggunaan 4G LTE yang meningkat," jelasnya. Ketiga, konstruksi yang tumbuh 8,24 %, sebagai dampak dari peningkatan pembangunan infrastruktur kuartal IV yang terjadi percepatan.

"Instruksi Presiden yang beberapa kali ngumpulkan gubernur, wali kota, menteri untuk genjot gunakan anggaran pemerintah, sebagian digunakan untuk pembangunan jalan, fasilitas umum, sehingga ada peningkatan," pungkas Suryamin.

F. Prediksi Perekonomian Indonesia di tahun yang akan datang.

            Jika melihat kondisi perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2015, tidak menutup kemungkinan akan adanya kenaikan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Seperti yang diprediksikan oleh Bank Indonesia (BI) yang percaya diri bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 dapat mencapai 5,2%, jauh di atas realisasi sementara tahun lalu. Di mana realisasi sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 tercatat sebesar 4,74%.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, pihaknya percaya pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat lebih tinggi karena melihat beberapa hal positif yang akan terjadi pada tahun 2016. Salah satunya perkiraan akan membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia.
"Kita perkirakan (pertumbuhan ekonomi) 4,8% 2015. Tahun ini kita perkirakan naik 5,2%. Pertama, karena pertumbuhan ekonomi dunia mulai membaik meski enggak terlalu kuat," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/1/2016).
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop memperkirakan, pertumbuhan akan ditopang oleh membaiknya kinerja ekspor, seiring dengan membaiknya harga komoditas di pasar global. Demikian pula dengan investasi pemerintah yang akan meningkat pada tahun depan. Belanja pemerintah diperkirakan tumbuh 3,2 % pada 2016, lebih tinggi dari perkiraan tahun ini sebesar 2,1 %. Begitu juga dengan belanja modal yang diyakini tumbuh 5 % dibandingkan 3,7 %  yang diperkirakan pada 2015. Bila belanja pemerintah naik, Diop optimistis konsumsi rumah tangga juga akan meningkat. Bank Dunia memproyeksikan, konsumsi rumah tangga pada tahun ini dan tahun depan diperkirakan tumbuh 4,7 % dan 5,2 %.
Dan jika diprediksi lebih jauh, Indonesia bisa saja dengan kekuatan ekonominya menempati posisi nomer tujuh di dunia pada tahun 2030. Seperti yang diperkirakan oleh Lembaga riset Internasional, McKinsey Global Institute yang memperkirakan dengan tingkat pertumbuhan ekonominya yang paling stabil di dunia, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia pada tahun 2030 mendatang.
Chairman  McKinsey Global Institute, Raoul Oberman, dalam presentasi di acara “Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030” yang diselenggarakan Komite Ekonomi Nasional (KEN) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (13/11), menyatakan prediksi itu didasarkan pada hasil penelitian McKinsey Global selama 6 bulan terakhir. Dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, Raoul Oberman mengemukakan, ada 5 (lima) indikasi yang bisa mendukung pencapaian Indonesia menjadi negara dengan ekonomi nomor 7 (tujuh) di dunia.
Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Bahkan, Bank Indonesia sudah menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia paling stabil dalam 4-5 tahun terakhir. “Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia paling stabil di dunia, melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Indonesia, didorong oleh tingkat konsumsi domestik yang luar biasa besar,” jelas Raoul.
Kedua, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi, pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta, namun telah menyebar ke berbagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Menurut Raoul, dimensi urbanisasi membuat masyarakat menjadi lebih produktif. Kota-kota tumbuh lebih besar di atas 7 persen berada di luar Jawa.
Ketiga, sekitar 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Ini membantah mitos bahwa model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor.
Keempat, pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Ini juga membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian.
Kelima, sekitar 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Ini juga membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.
Meski demikian, Raoul mengingatkan , bahwa Indonesia memiliki tantangan berupa produktivitas, inklusivitas, dan pertumbuhan stabil. Menurut  Chairman  McKinsey Global Institute itu, sekaranglah saatnya Indonesia untuk tidak hanya menjadi jago kandang saja, tetapi juga harus jadi juara di dunia. “Indonesia memiliki waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan menjadi negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa menjadi negara maju,” tutur Raoul.
Ia membandingkan dengan negara Inggris yang perlu waktu 250 tahun untuk bisa menggandakan produk domestik brutonya. Meskipun, China hanya perlu 12 tahun untuk melipatgandakan PDB-nya. “Inilah kebangkitan Asia, salah satunya Indonesia,” tukas Raoul.(WID/Humas Setkab/ES)


Semua masyarakat Indonesia pasti menginginkan Perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan, Mencapai titik kestabilan dalam kekuatan ekonominya dan dapat berdiri sejajar dengan Negara Negara Maju yang ada di Dunia. Dengan melimpahnya SDA yang dimiliki oleh Indonesia, kita bisa saja meningkatkan perekonomian Indonesia. Asal kita bisa mengelola dengan bijak SDA tersebut. Namun sayangnya, yang terjadi saat ini, kita tidak bisa memanfaatkan SDA yang ada dengan baik karna berbagai hal seperti kurangnya SDM yang memiliki skill atau kurangnya kemajuan teknologi di Indonesia hingga akhirnya hal tersebut menghambat kita untuk mengembangkan dan mengelola SDA yang ada. Oleh karna itu, agar Negara kita terus mengalami kemajuan, hal yang paling penting untuk diubah oleh Pemerintah dan bawahannya adalah rasa cinta mereka terhadap Negaranya, karna bila kurangnya rasa cinta mereka kepada Negaranya sendiri, itu bisa membuat mereka lebih mementingkan dirinya sendiri dari pada kepentingan Negara. Jika dari awal mereka telah meniatkan diri untuk mulai terjun sebagai orang-orang yang berperan penting dalam  mencapai kemajuan Indonesia, maka mereka harus rela mengesampingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan Negara sehingga hal-hal seperti Korupsi tidak akan pernah terjadi dan mulailah menumbuhkan rasa malu, Karna dengan kita menumbuhkan rasa Malu, maka kita akan berfikir dua kali dalam bertindak, sehingga hal yang kita kerjakan akan menjadi maksimal. Selain itu, kita sebagai masyarakat Indonesia yang juga ikut berperan dalam kemajuan Indonesia harus mulai merubah pola fikir kita dan mulai mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kita sehingga kita benar-benar bisa ikut berpartisipasi dalam kemajuan Indonesia. Tidak hanya melalui ucapan saja tetapi melalui tindakan dan perbuatan. Selain itu, mulailah mencintai produk-produk dalam negeri karna kita adalah masyarakat Indonesia.  


Sumber:








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penarikan SDM (pengertian,tujuan,alasan,kendala,teknik)

Tugas Setiap Bagian dari Struktur Organisasi Telkom Regional 3 Jawa Barat

Perkembangan Industri di Indonesia